DEFINISI
Tinea kapitis adalah infeksi jamur pada kulit dan
rambut kepala, alis mata, dan bulu mata yang disebabkan spesies Microsporum dan
Trichophyton.(4)
FAKTOR PENCETUS
Transmisi penularan meningkat pada kebersihan yang
buruk, penduduk yang padat dan status ekonomi yang rendah. (5, 6) Jamur pada
tinea kapitis umumnya berasal dari sisir rambut,topi, sarung bantal, mainan dan
kursi teater. Bahkan setelah rambut gugur, organisme infeksi masih bisa menular
selama lebih dari satu tahun. Tinea kapitis sulit diberantas karena kariernya
bersifat asimtomatik.(5)
ETIOLOGI
Tinea kapitis disebabkan oleh spesies Trichophyton Sp.
dan Microsporum Sp.
Penyebabnya berbeda berdasarkan letak geografis. Di
Amerika Serikat paling banyak disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Microsporum
canis. Di Eropa, Amerika Selatan, Australia, Asia, dan Afrika Utara umumnya
disebabkan oleh M. canis dan T. violaceum. Berdasarkan tempat menghasilkan
spora, jamur penyebab tinea kapitis dibagi menjadi dua, yaitu ektotriks dan
endotriks.(4)
PATOGENESIS
Jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup pada
keratin pada bagian rambut yang telah mati. Jamur tersebut menyebabkan
keratolitik yang disebabkan oleh enzim keratinase, namun sebaliknya terdapat
pula beberapa jamur yang menghasilkan keratinase yang tidak menyebabkan tinea
kapitis. Penjelasan yang pasti mengenai hal ini masih belum diketahui
secara pasti.
Insiden tinea kapitis yang lebih banyak terjadi pada
usia prapubertas disebabkan oleh karena menurunnya asam lemak dalam sebum.
Infeksi diawali dari dengan invasi dermatofit melalui perifolikuler stratum
korneum, kemudian hifa tumbuh kedalam folikel dan berkembang dengan membentuk
rangkaian spora dan berhenti pada pertemuan antar sel yang memiliki inti dan
mempunyai keratin tebal. Pada ujung hifa dijumpai bagian luar intrapilari hifa
membelah membentuk rantai spora ektotrik, disebut juga Adamson’s Fringe. Selama
pertumbuhan rambut, jamur ikut tumbuh ke arah batang rambut yang akan
menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia.(4)
GEJALA KLINIS
Gambaran klinis tinea kapitis beraneka ragam,
tergantung pada jenis invasi rambut, tingkat perlawanan tubuh dan derajat
respon peradangan. Gatal bervariasi dari ringan sampai berat. Pada semua jenis
tinea kapitis, gambaran klinis utama sebagian rambut rontok disertai
peradangan.(7)
a. Tipe
Non-Inflamasi atau Epidemik
Tipe Non-Inflamasi merupakan tipe yang paling sering
terjadi dan disebabkan olehorganis me antropofilik ektotriks seperti M.audouinii
atau M.canis. Inflamasi yang terjadi pada tipe ini minimal. Rambut
pada tempat yang terkena menjadi berwarna abu-abu dan tidak bercahaya karana adanya artrokonidia dan
patah beberapa milimeter di atas kulit kepala. Kadang disertai kerontokan
rambut yang tidak disadari. Lesi pada tipe ini berbatas tegas, dikelilingi
hiperkeratosis berskuama pada daereh alopesia, dan rambut patah (grey patch
type). Gambarannya seperti “ladang gandum”. Rambut yang tersisa dan skuama
menunjukkan fluoresensi hijau pada pemeriksaan lampu Wood. Lesi umumnya terjadi
di daerah oksiput.(5)
b. Tipe
Inflamasi
Tipe ini umumnya disebabkan golongan zoofilik dan
geofilik, dengan contoh tersering M.canis dan M.gypseum. Inflamasi
yang terjadi disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap infeksi.
Spektrum inflamasi yang terjadi bervariasi dari pustular folikulitis sampai
kerion. Inflamasi ini sering menyebabkan alopesia sikatrikal. Lesi inflamasi
umumnya gatal, kadang disertai nyeri, limfadenopati servikal posterior, demam,
dan lesi lain pada kulit glabrosa.(5)
c. Tipe
“Black dot”
Tipe ini disebabkan oleh organisme antropofilik
endotriks, T.tonsurans dan T.violaceum. Ini merupakan bentuk tinea kapitis yang
paling sedikit inflamasinya, dan dapat disertai kerontokan rambut. Apabila
terjadi kerontokan, rambut patah tepat pada kulit kepala meninggalkan gambaran
bintik hitam pada daerah alopesia. Terdapat skuama difus, dan inflamasi yang
terjadi bervariasi mulai dari minimal sampai folikultis pustular atau lesi
seperti
furunkel
sampai kerion. Area yang terkena biasanya multipel atau poligonal dengan batas
yang kurang jelas. Uumnya masih terdapat rambut normal di daerah alopesia.(5)
d. Tinea
Favosa
Tinea Favosa atau favus merupakan infeksi dermatofit
pada kulit kepala, kulit glabrosa dan atau kuku yang disertai oleh krusta
kuning tebal (skutula) di dalam folikel rambut yang dapat menyebabkan alopesia
sikatrikal. Kelainan di kepala dimulai dengan bintik – bintik kecil di bawah
kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus “mousy
odor”. Skutula dapat mencapai diameter 1 cm, menutupi rambut
disekelilingnya, dan kemudian bergabung dengan skutula lainnya sehingga menjadi
besar.(4, 5)
HISTOPATOLOGI DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lesi pada kepala dengan menggunakan lampu
Wood dapat menampilkan fluoresen pteridin dari beberapa pathogen. Rambut yang
berfluoresensi harus dipilih untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sangatlah penting
untuk mengetahui bahwa orgsanisme ektotriks seperti M. Canis dan M. Audinii akan
berfluoresensi pada pemeriksaan lampu wood, namun organisme endotriks seperti
T. tonsurans tidak akan berfluoresensi.(5)
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan larutan KOH
10-20%. Bahan diambil dari kerokan kulit kepala dan pencabutan rambut kepala.
Beberaapa klinisi menggunakan pengecatan Swartz-Lamkin, PAS, atau Chlorazol
Black E untuk mengidentifikasi jamur lebih cepat.(4) Padapemeriksaan mikroskop
akan nampak 2 kemungkinan pola gambaran infeksi:(5)
1. Ektotrik-kecil atau antrokonidia besar membentuk lapisan
pada sekekliling batang rambut.
2. Antrokonidia-endotrik berada di dalam batang
rambut.
Gambaran histopatologis pada dermis tampak adanya
infiltrat perifolikular berupa histiosit, limfosit, eosinofil, dan sel
plasma.(5) Kultur bertujuan untuk menentukan spesies dermatofit penyebab tinea
kapitis. Media kultur yang biasa dipakai adalah agar Sabouraud’s. Jamur akan
tumbuh dalam 5-14 hari. Pertumbuhan jamur dapat dilihat dengan adanya perubahan
warna dari kuning ke merah yang mulai setelah 24-48 jam, dan jelas dibaca pada
hari ke 3-7.(4)
TERAPI
Pengobatan yang paling efektif adalah pengobatan oral,
walaupun saat ini cukup banyak obat
topikal dari derivate imidazol yang mempunyai efek
fungistatik.
1. Griseovulfin.
Aman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk anak.
Dosisnya apabila digunakan dalam bentuk ultramicrosize adalah dosis tunggal
10-15 mg/kgBB, sedangkan microsize 15-25 mg/kgBB.
Griseofulvin diberikan bersamaan dengan makanan yang
mengandung lemak. Lama pengobatan tergantung keadaan klinis dan mikologik,
minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan.
2. Ketokonazol
Efektif pada tinea kapitis yang terutam disebabkan
oleh Trichophyton dan kurang efektif apabila disebabkan oleh M. canis.Dosis
yang diberikan adalah 3,3-6,6 mg/kgBB selama 3-6 minggu. Ketokonazol bersifat
hepatotoksik.
3. Itrakonazol
Diberikan dengan dosis 3-5 mg/kgBB atau 100 mg/hari
selama 5 minggu. Dapat pula diberikan dengan dosis denyut. Itrakonazol sangat
efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun Trichophyton.
4. Flukonazol
Efektif untuk tinea kapitis. Pemberiannya tidak
bergantung dari makanan, relative aman dan ditoleransi dengan baik
5. Terbinafin
Dosis 62,5-250 mg/hari selama 6 minggu, atau 3-6
mg/kgBB/hari selama 4 minggu. Efek sampingnya dapat berupa gangguan
gastrointestinal, pusing, urtikaria, reaksi morbili, sakit kepala, hilangnya
rasa pengecap, pansitopenia.
6. Topikal
Dapat diberikan sampo ketokonazol 2% atau selenium
sulfide 2,5% yang diaplikasikan 3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala
sedikitnya 5 menit.(4)
KOMPLIKASI
Dapat terjadi alopesia menetap dan infeksi bakteri.(4)
PROGNOSIS
Perjalanan penyakit pada dermatofitosis pada umumnya
dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya. Apabila faktor-faktor
yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat sembuh
dengan sempurna.