Hematom Epidural
Definisi
Perdarahan
yang terjadi ekstradural yang disebabkan karena pecahnya arteri meningea media.
Pecahnya arteri meningea media biasanya disebabkan karena fraktur linier os
temporal. Hematom epidural ini biasanya memburuk dengan cepat.
Gejala
Adanya fase interval
yaitu waktu bebas gejala. Saat pertama terjadi trauma akan terjadi penurunan
kesadaran, namun akan kembali normal. Akan tetapi, 6-24 jam kemudian kesadaran
akan menurun dan koma
Gangguan nervus III
karena herniasi tentorii berupa, ptosis, pupil midriasis dan anisokor
Hemiparesis
Gangguan pernafasan
karena ada penekanan pada batang otak
·
Hematom Subdural
Definisi
Hematoma subdural (SDH)
adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid. Terjadi
paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus
draining. Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau
substansi otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu,
kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih
berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural.
Klasifikasi
a. Perdarahan
akut
Gejala timbul segera kurang dari 72 jam
setelah trauma. Terjadi pada cedera kepala cukup berat. Biasanya sudah
terganggu kesadaran dan tanda vitalnya. Perdarahan dapat kurang dari 5 mm
tebalnya tetapi melebar luas. Gambaran Ct-scan, didapatkan lesi hiperdens.
b. Perdarahan
sub akut
Berkembang dalam beberapa hari sekitar
4-21 hari sesudah trauma. Pasien mengalami periode tidak sadar lalu mengalami
perbaikan status neurologi yang bertahap kemudian penderita memperlihatkan
tanda-tanda status neurologis yang memburuk. Pasien menjadi sulit dibangunkan
dan tidak berespon terhadap rangsang nyeri atau verbalmeningkatnya tekanan
intrakrania. Dapat terjadi sindrom herniasi dan menekan batang otak. Pada
gambaran skening tomografi didapatkan lesi isodens atau hipodens. Lesi isodens
didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan resorbsi dari
hemoglobin.
c. Perdarahan
kronik
Terjadi setelah 21
hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Gejalanya bisa muncul dalam waktu
berminggu- minggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang
tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan
subdural apabila pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan
pembekuan darah. Hematoma lama kelamaan bisa menjadi membesar secara perlahan-
lahan sehingga mengakibatkan penekanan dan herniasi.
Didapati kapsula jaringan ikat terbentuk
mengelilingi hematoma, pada yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau
tipis di daerah permukaan arachnoidea. Kapsula melekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada selaput otak ini.
Kapsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama pada sisi
duramater. Karena dinding yang tipis ini protein dari plasma darah dapat menembusnya
dan meningkatkan volume dari hematoma.
Pembuluh
darah ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan
menggembungnya hematoma. Darah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental
yang dapat menghisap cairan dari ruangan subaraknoidea. Hematoma akan membesar
dan menimbulkan gejala seprti pada tumor serebri. Sebagaian besar hematoma
subdural kronik dijumpai pada pasien yang berusia di atas 50 tahun. Gambaran
skening tomografinya didapatkan lesi hipodens.
Etiologi
a. Trauma
·
Trauma kapitis
·
Trauma di tempat lain
pada badan yang berakibat terjadinya geseran atau putaran otak terhadap
duramater, misalnya pada orang yang jatuh terduduk
·
Trauma pada leher karena
guncangan pada badan. Hal ini lebih mudah terjadi bila ruangan subdura lebar
akibat dari atrofi otak, misalnya pada orangtua dan juga pada anak anak.
b. Non
trauma
·
Pecahnya aneurysma atau
malformasi pembuluh darah di dalam ruangan subdural
·
Gangguan pembekuan darah
biasanya berhubungan dengan perdarahan subdural yang spontan, dan keganasan
ataupun perdarahan dari tumor intracranial
Patofisiologi
Subdural
hematoma dapat disebabkan oleh suatu mekanisme cedera akselerasi-deselerasi
(akselerasi: kepala pada bidang sagital dari posterior ke anterior dan
deselerasi: kepala dari anterior ke posterior) akibat adanya perbedaan relative
arah gerakan antara otak terhadap fenomena yang didasari oleh keadaan otak
dapatbergerak bebas dalam batas-batas tertentu di dalam rongga tengkorak dan
pada saat mulai gerakan (sesaat mulai akselerasi) otak tertinggal di belakang
gerakan tengkorak untuk beberapa waktu yang singkat. Akibatnya otak akan
relative bergeser terhadap tulang tengkorak dan duramater, kemudian terjadi
cedera pada permukaannya terutama pada vena-vena penggantung (bridging veins).
Adanya
suatu massa yang berkembang membesar (hematom, abses, atau pembengkakan otak)
di semua lokasi kavitas intracranial menyebabkan pergeseran dan distorsi otak,
yang bersamaan dengan peningkatan TIK dan mengarah pada herniasi otak, keluar
dari kompartemen intracranial dimana massa tersebut berada. Makin lebar atau
deviasi pergeseran otak akan menimbulkan peningkatan TIK yang relative lebih
tinggi terhadap distorsi otak yang ditimbulkannya.
Manifestasi
Klinis
Gambaran
klinis ditentukan oleh dua faktor: beratnya cedera otak yang terjadi pada saat
benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume SDH. Gejalanya cenderung
berubah-ubah, diantaranya:
·
Cedera dini (trauma pada
kepala)
·
Kehilangan kesadaran
pasca cedera kepala (bisa sadar kembali atau tidak untuk suatu periode,
penurunan ketajaman perrhatian setelah kesadaran awal)
·
Mengantuk
·
Sakit kepala (menetap,
temporer / berubah-ubah)
·
Penurunan / gangguan
penglihatan (buta, bisa mata kiri / kanan)
·
Penurunan sensasi (wajah,
ekstremitas, dan deficit neurologis)
·
Kurangnya perhatian
terhadap lingkungan
·
Paralisis
·
Delirium
·
Penurunan memori
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
klinis meliputi pemeriksaan primer
(primary survey) yang mencakup jalan nafas (airway), pernafasan
(breathing) dan tekanan darah atau nadi (circulation) yang dilanjutkan dengan
resusitasi. Periksa nadi dan tekanan memantau apakah terjadi hipotensi, syok
atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Jika terjadi hipotensi atau
syok harus segera dilakukan pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang. Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan refleks
Cushing yaitu peningkatan tekanan darah, bradikardia dan bradipnea.
No comments:
Post a Comment