Monday, September 19, 2016

TRAUMA KEPALA: HEMATOM EPIDURAL DAN SUBDURAL

Hematom Epidural
Definisi
Perdarahan yang terjadi ekstradural yang disebabkan karena pecahnya arteri meningea media. Pecahnya arteri meningea media biasanya disebabkan karena fraktur linier os temporal. Hematom epidural ini biasanya memburuk dengan cepat.
Gejala
Adanya fase interval yaitu waktu bebas gejala. Saat pertama terjadi trauma akan terjadi penurunan kesadaran, namun akan kembali normal. Akan tetapi, 6-24 jam kemudian kesadaran akan menurun dan koma
 Gangguan nervus III karena herniasi tentorii berupa, ptosis, pupil midriasis dan anisokor
Hemiparesis
Gangguan pernafasan karena ada penekanan pada batang otak

·         Hematom Subdural         
Definisi
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid. Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining. Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural.
Klasifikasi
a.    Perdarahan akut
Gejala timbul segera kurang dari 72 jam setelah trauma. Terjadi pada cedera kepala cukup berat. Biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya. Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas. Gambaran Ct-scan, didapatkan lesi hiperdens.
b.      Perdarahan sub akut
Berkembang dalam beberapa hari sekitar 4-21 hari sesudah trauma. Pasien mengalami periode tidak sadar lalu mengalami perbaikan status neurologi yang bertahap kemudian penderita memperlihatkan tanda-tanda status neurologis yang memburuk. Pasien menjadi sulit dibangunkan dan tidak berespon terhadap rangsang nyeri atau verbalmeningkatnya tekanan intrakrania. Dapat terjadi sindrom herniasi dan menekan batang otak. Pada gambaran skening tomografi didapatkan lesi isodens atau hipodens. Lesi isodens didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan resorbsi dari hemoglobin.
c.       Perdarahan kronik
Terjadi setelah  21  hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Gejalanya bisa muncul dalam waktu berminggu- minggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah. Hematoma lama kelamaan bisa menjadi membesar secara perlahan- lahan sehingga mengakibatkan penekanan dan herniasi.
Didapati kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi hematoma, pada yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah permukaan arachnoidea. Kapsula melekat pada araknoidea  bila terjadi robekan pada selaput otak ini. Kapsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama pada sisi duramater. Karena dinding yang tipis ini protein dari plasma darah dapat menembusnya dan meningkatkan volume dari hematoma.
Pembuluh  darah ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya hematoma. Darah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental yang dapat menghisap cairan dari ruangan subaraknoidea. Hematoma akan membesar dan menimbulkan gejala seprti pada tumor serebri. Sebagaian besar hematoma subdural kronik dijumpai pada pasien yang berusia di atas 50 tahun. Gambaran skening tomografinya didapatkan lesi hipodens.
Etiologi
a.    Trauma
·         Trauma kapitis
·         Trauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya geseran atau putaran otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh terduduk
·         Trauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih mudah terjadi bila ruangan subdura lebar akibat dari atrofi otak, misalnya pada orangtua dan juga pada anak  anak.  
b.      Non trauma
·         Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di dalam ruangan subdural
·         Gangguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan perdarahan subdural yang spontan, dan keganasan ataupun perdarahan dari tumor intracranial
Patofisiologi
Subdural hematoma dapat disebabkan oleh suatu mekanisme cedera akselerasi-deselerasi (akselerasi: kepala pada bidang sagital dari posterior ke anterior dan deselerasi: kepala dari anterior ke posterior) akibat adanya perbedaan relative arah gerakan antara otak terhadap fenomena yang didasari oleh keadaan otak dapatbergerak bebas dalam batas-batas tertentu di dalam rongga tengkorak dan pada saat mulai gerakan (sesaat mulai akselerasi) otak tertinggal di belakang gerakan tengkorak untuk beberapa waktu yang singkat. Akibatnya otak akan relative bergeser terhadap tulang tengkorak dan duramater, kemudian terjadi cedera pada permukaannya terutama pada vena-vena penggantung (bridging veins).
Adanya suatu massa yang berkembang membesar (hematom, abses, atau pembengkakan otak) di semua lokasi kavitas intracranial menyebabkan pergeseran dan distorsi otak, yang bersamaan dengan peningkatan TIK dan mengarah pada herniasi otak, keluar dari kompartemen intracranial dimana massa tersebut berada. Makin lebar atau deviasi pergeseran otak akan menimbulkan peningkatan TIK yang relative lebih tinggi terhadap distorsi otak yang ditimbulkannya.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis ditentukan oleh dua faktor: beratnya cedera otak yang terjadi pada saat benturan trauma dan kecepatan pertambahan volume SDH. Gejalanya cenderung berubah-ubah, diantaranya:
·         Cedera dini (trauma pada kepala)
·         Kehilangan kesadaran pasca cedera kepala (bisa sadar kembali atau tidak untuk suatu periode, penurunan ketajaman perrhatian setelah kesadaran awal)
·         Mengantuk
·         Sakit kepala (menetap, temporer / berubah-ubah)
·         Penurunan / gangguan penglihatan (buta, bisa mata kiri / kanan)
·         Penurunan sensasi (wajah, ekstremitas, dan deficit neurologis)
·         Kurangnya perhatian terhadap lingkungan
·         Paralisis
·         Delirium
·         Penurunan memori
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer  (primary survey) yang mencakup jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan tekanan darah atau nadi (circulation) yang dilanjutkan dengan resusitasi. Periksa nadi dan tekanan memantau apakah terjadi hipotensi, syok atau terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Jika terjadi hipotensi atau syok harus segera dilakukan pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Terjadinya peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan refleks Cushing yaitu peningkatan tekanan darah, bradikardia dan bradipnea.  

No comments:

Post a Comment