Demensia adalah
suatu sindrom akibat terganggunya faal otak, baik secara langsung ataupun tidak
langsung pada otak yang tekah mencapai perkembangan intelegensia yang stabil,
pada umumnya bersifat kronis yang berdampak adanya gangguan fungsi kognitif
yang multiple sehingga menganggu fungsi pekerjaan dan sosialnya.
Menurut consensus
tahun 1996 International Psychogeriatric
Association (IPA), demensia adalah keluhan-keluhan dan gejala yang
diakibatkan oleh terganggunya persepsi, isi pikiran, suasana perasaan/mood atau
perilaku yang sering terdapat dalam demensia.
Epidemiologi
Prevalensi
demensia meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur di atas 65 tahun
insidensi sekitar 3% sedangkan di atas 85 tahun meningkat menjadi sekitar 20%.
Demensia akibat penyakit Alzheimer adalah yang paling banyak ditemukan (50-60%)
dan demensia akibat
gangguan vascular adalah kedua tersering.
Patofisiologi
Kerusakan struktur otak dapat diakibatkan
:
1. Proses degenerasi _ pada penyakit
Alzheimer, Pick, dan Huntington
2. Gangguan pembuluh darah _ stroke
3. Infeksi (ensefalitis) _ Lues (demensia
paralitika), virus (demensia HIV)
4. Gangguan toksik, metabolit dan endokrin
_
5. demensia akibat kekurangan thiamine,
hipotiroid, hipoglikemia
6. Trauma kapitis _ gangguan subdural
hematom
7. Gangguan otak lain _ tumor otak,
penyumbatan
Berdasarkan lokasi kerusakanya, demensia
dapat dibagi menjadi :
1. Demensia kortikal _ disfungsi korteks
serebri yang ditandai dengan gejala amnesia, afasia,
apraksia, dan agnosia. Contohya adalah
demensia tipe Alzheimer
2. Demensia subkortikal _ terutama
mengenai struktur-struktur di bagian dalam substansia
grisea dan alba seperti ganglia basalis,
thalamus, dan proyeksi dari struktur subkortikal ini di
lobus frontalis. Contohnya demensia pada
penyakit Parkinson
3. Demensia tipe campuran _ menunjukkan
gejala dari keduanya dan dapat dijumpai pada
demensia vascular
Gejala Klinis
Gejala klinis tergantung pada luas dan
lokasi kerusakan struktur dan fungsi otak antara lain :
1. Gangguan daya ingat
Gangguan ini merupakan gangguan yang
utama. Gangguan daya ingat mengikuti hukum
Ribot, yaitu mulai dengan gangguan daya
ingat jangka pendek yaitu peristiwa yang baru
terjadi, meningkat ke daya ingat jangka
sedang. Daya ingat jangka panjang yang terakhir
terganggu sehingga tidak jarang penderita
seolah-olah kembali ke masa muda atau kanakkanak.
Gangguan daya ingat pada awalnya terlihat
sebagai kesukaran untuk belajar hal-hal
yang baru.
2. Gangguan daya nilai
Gangguan ini mengakibatkan penderita
mengalami kesukaran untuk mengambil keputusan
yang berdampak sering melakukan perilaku
yang tidak realistis, logis dan proporsional dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Gangguan daya berpikir abstrak
Penderita mengalami kesukaran dalam
mencerna atau membuat karangan cerita dan
mengartikan peribahasa maupun perumpaan,
makin nyata dalam keterbatasan waktu.
4. Gangguan daya pikir
Gangguan ini akibat terganggunya fungsi
luhur berupa kemampuan menganalisis, memilahmilah
masalah, mencari solusi, membuat
perencanaan, mengantisipasi dampak yang akan
terjadi dan mengambil keputusan. Gangguan
ini menyebabkan penderita seringkali hanya
dapat mengerjakan pekerjaan rutin dan
kehilangan inisiatif dan kreativitasnya
5. Gangguan penempatan dalam ruang
(visuospital)
Hal ini nyata pada penderita yang
diharuskan bekerja berdasarkan ketrampilan yang
membutuhkan ketepatan, kecermatan, dan
kecepatan. Pada gangguan yang berat penderita
acapkali merasa terlibat dalam adegan TV
seolah-olah berada dalam 3 demensi dengan layar
kaca tersebut atau dalam ruangan yang sama
dengan tayangan tersebut
6. Gangguan wicara
Pada awalnya acapkali gangguan berbahasa
yang paling nyata dengan adanya gangguan
mencari kata-kata yang tepat (naming) dan
mencerna pesan-pesan dalam komunikasi
(comprehension).
7. Gangguan perilaku
Gangguan ini di bidang ini dikenal “behavior and psychological symptom of
dementia”
(BPSD). Gangguan ini dapat berupa serangan
yang berhubungan dengan masa lalu.
8. Gangguan mood/suasana perasaan
Gangguan mood dapat berupa depresi atau
kecemasan atau labilitas emosi, menangis atau
tertawa tanpa penyebab yang jelas.
Pemeriksaan Dan
Diagnostik
Deteksi Dini
Sebaiknya demensia
dapat dideteksi dalam keadaan dini, sebab 20-30% pasien demensia dapat
diperbaiki atau minimal dapat dipertahankan untuk tidak memburuk.
Gangguan Mood
Pada umumnya
gangguan ini seringkali mengawali demensia dan sangat sukar di deteksi.
Gambaran seringkali terlihat sebagai apatisme dan kelambanan psikomotor.
Berikutnya dapat timbul depresi dan juga cemas
Gangguan Konsentrasi Dan Daya Ingat
Gangguan kewaspadaan
Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan test ketuk yaitu penderita diminta untuk mengetuk
meja tiap kali pemeriksa menyebutkan kata-kata yang mengandung huruf “M” dalam suatu karangan yang diucapkan
dengan tempo yang teratur
Mengulang Nama 3 Benda
Pemeriksa menyebut
3 benda dan penderita mengulanginya sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3-5 menit
kemudian penderita diharuskan menyebutkan kembali.
Test Digit
Pemeriksa
menyebutkan 3 angka dan penderita harus mengulangnya. Test dilanjutkan dengan
mengucapkan dengan urutan terbalik dan jumlah angka ditambah sesuai dengan
kemampuannya.
Gangguan Wicara Menyebut nama (Naming)
Pemeriksa
mengadakan wawancara dan mendapatkan penderita kesukaran dalam menyebutkan nama
yang dimaksud. Seringkali keadaan ini menjadi sukar dideteksi karena penderita
menggunakan symbol, memperlambat tempo berbicara atau berbicara sirkumstansial
sambil mengingat kata-kata yang ingin diucapkan.
Komprehensif
Dalam wawancara
seringkali gangguan awal dapat terlihat dengan terganggunya penderita dalam
mengartikan satu topik pembicaraan.
Gangguan Fungsi Luhur
Penderita
diharapkan untuk membuat suatu penyelesaian dan perencanaan ke depan dari suatu
masalah yang dilontarkan penderita. Masalah yang diajukan pemeriksa diharapkan
yang terjadi sehari hari dalam kehidupan penderita dari tingkat yang ringan
sampai yang berat.
Kemampuan Visiospatial
Penderita diminta untuk
menggambar (tanpa contoh) objek dengan 3 dimensi misalnya balok, rumah dan jam
lengkap dengan jarum jam dan angka. Pemeriksaan dilanjutkan dengan meniru
gambar gambar tertentu. Gangguan di bidang ini juga dapat dideteksi dengan
menirukan posisi lengan pemeriksa yang diperagakan dengan melewati garis tengah
tubuh (midline) pemeriksa.
Tatalaksana
-
Terapi farmakologi kognisi
-
Acethylcholinesterase inhibitors (AChEIs)
Donepezil
Rivastigmine
Galantamine
-
NMDA receptor blocker and glutaminergic
modulator
Memantine
-
Terapi Farmakologi Perilaku
Depresi:
-
Gol. SSRI: Sertraline, Flouxetine
Delusi/halusinasi/agitasi
-
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg – 2 mg /hari
Olanzapin 1x 5mg
–10 mg/hari
Quetiapin tablet: 2x25mg-100mg
-
Terapi Non-farmakologi
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi
Reminiscence
Intervensi lingkungan
Menjaga keamanan dan keselamatan rumah
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
No comments:
Post a Comment