Monday, September 26, 2016

DEMENSIA

Demensia adalah suatu sindrom akibat terganggunya faal otak, baik secara langsung ataupun tidak langsung pada otak yang tekah mencapai perkembangan intelegensia yang stabil, pada umumnya bersifat kronis yang berdampak adanya gangguan fungsi kognitif yang multiple sehingga menganggu fungsi pekerjaan dan sosialnya.
Menurut consensus tahun 1996 International Psychogeriatric Association (IPA), demensia adalah keluhan-keluhan dan gejala yang diakibatkan oleh terganggunya persepsi, isi pikiran, suasana perasaan/mood atau perilaku yang sering terdapat dalam demensia.
Epidemiologi
Prevalensi demensia meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur di atas 65 tahun insidensi sekitar 3% sedangkan di atas 85 tahun meningkat menjadi sekitar 20%. Demensia akibat penyakit Alzheimer adalah yang paling banyak ditemukan (50-60%) dan demensia akibat
gangguan vascular adalah kedua tersering.
Patofisiologi
Kerusakan struktur otak dapat diakibatkan :
1. Proses degenerasi _ pada penyakit Alzheimer, Pick, dan Huntington
2. Gangguan pembuluh darah _ stroke
3. Infeksi (ensefalitis) _ Lues (demensia paralitika), virus (demensia HIV)
4. Gangguan toksik, metabolit dan endokrin _
5. demensia akibat kekurangan thiamine, hipotiroid, hipoglikemia
6. Trauma kapitis _ gangguan subdural hematom
7. Gangguan otak lain _ tumor otak, penyumbatan
Berdasarkan lokasi kerusakanya, demensia dapat dibagi menjadi :
1. Demensia kortikal _ disfungsi korteks serebri yang ditandai dengan gejala amnesia, afasia,
apraksia, dan agnosia. Contohya adalah demensia tipe Alzheimer
2. Demensia subkortikal _ terutama mengenai struktur-struktur di bagian dalam substansia
grisea dan alba seperti ganglia basalis, thalamus, dan proyeksi dari struktur subkortikal ini di
lobus frontalis. Contohnya demensia pada penyakit Parkinson
3. Demensia tipe campuran _ menunjukkan gejala dari keduanya dan dapat dijumpai pada
demensia vascular
Gejala Klinis
Gejala klinis tergantung pada luas dan lokasi kerusakan struktur dan fungsi otak antara lain :
1. Gangguan daya ingat
Gangguan ini merupakan gangguan yang utama. Gangguan daya ingat mengikuti hukum
Ribot, yaitu mulai dengan gangguan daya ingat jangka pendek yaitu peristiwa yang baru
terjadi, meningkat ke daya ingat jangka sedang. Daya ingat jangka panjang yang terakhir
terganggu sehingga tidak jarang penderita seolah-olah kembali ke masa muda atau kanakkanak.
Gangguan daya ingat pada awalnya terlihat sebagai kesukaran untuk belajar hal-hal
yang baru.
2. Gangguan daya nilai
Gangguan ini mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk mengambil keputusan
yang berdampak sering melakukan perilaku yang tidak realistis, logis dan proporsional dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Gangguan daya berpikir abstrak
Penderita mengalami kesukaran dalam mencerna atau membuat karangan cerita dan
mengartikan peribahasa maupun perumpaan, makin nyata dalam keterbatasan waktu.
4. Gangguan daya pikir
Gangguan ini akibat terganggunya fungsi luhur berupa kemampuan menganalisis, memilahmilah
masalah, mencari solusi, membuat perencanaan, mengantisipasi dampak yang akan
terjadi dan mengambil keputusan. Gangguan ini menyebabkan penderita seringkali hanya
dapat mengerjakan pekerjaan rutin dan kehilangan inisiatif dan kreativitasnya
5. Gangguan penempatan dalam ruang (visuospital)
Hal ini nyata pada penderita yang diharuskan bekerja berdasarkan ketrampilan yang
membutuhkan ketepatan, kecermatan, dan kecepatan. Pada gangguan yang berat penderita
acapkali merasa terlibat dalam adegan TV seolah-olah berada dalam 3 demensi dengan layar
kaca tersebut atau dalam ruangan yang sama dengan tayangan tersebut
6. Gangguan wicara
Pada awalnya acapkali gangguan berbahasa yang paling nyata dengan adanya gangguan
mencari kata-kata yang tepat (naming) dan mencerna pesan-pesan dalam komunikasi
(comprehension).
7. Gangguan perilaku
Gangguan ini di bidang ini dikenal “behavior and psychological symptom of dementia”
(BPSD). Gangguan ini dapat berupa serangan yang berhubungan dengan masa lalu.
8. Gangguan mood/suasana perasaan
Gangguan mood dapat berupa depresi atau kecemasan atau labilitas emosi, menangis atau
tertawa tanpa penyebab yang jelas.
Pemeriksaan Dan Diagnostik
Deteksi Dini
Sebaiknya demensia dapat dideteksi dalam keadaan dini, sebab 20-30% pasien demensia dapat diperbaiki atau minimal dapat dipertahankan untuk tidak memburuk.
Gangguan Mood
Pada umumnya gangguan ini seringkali mengawali demensia dan sangat sukar di deteksi. Gambaran seringkali terlihat sebagai apatisme dan kelambanan psikomotor. Berikutnya dapat timbul depresi dan juga cemas
Gangguan Konsentrasi Dan Daya Ingat
Gangguan kewaspadaan
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan test ketuk yaitu penderita diminta untuk mengetuk meja tiap kali pemeriksa menyebutkan kata-kata yang mengandung huruf  “M” dalam suatu karangan yang diucapkan dengan tempo yang teratur
Mengulang Nama 3 Benda
Pemeriksa menyebut 3 benda dan penderita mengulanginya sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3-5 menit kemudian penderita diharuskan menyebutkan kembali.
Test Digit
Pemeriksa menyebutkan 3 angka dan penderita harus mengulangnya. Test dilanjutkan dengan mengucapkan dengan urutan terbalik dan jumlah angka ditambah sesuai dengan kemampuannya.
Gangguan Wicara Menyebut nama (Naming)
Pemeriksa mengadakan wawancara dan mendapatkan penderita kesukaran dalam menyebutkan nama yang dimaksud. Seringkali keadaan ini menjadi sukar dideteksi karena penderita menggunakan symbol, memperlambat tempo berbicara atau berbicara sirkumstansial sambil mengingat kata-kata yang ingin diucapkan.
Komprehensif
Dalam wawancara seringkali gangguan awal dapat terlihat dengan terganggunya penderita dalam mengartikan satu topik pembicaraan.
Gangguan Fungsi Luhur
Penderita diharapkan untuk membuat suatu penyelesaian dan perencanaan ke depan dari suatu masalah yang dilontarkan penderita. Masalah yang diajukan pemeriksa diharapkan yang terjadi sehari hari dalam kehidupan penderita dari tingkat yang ringan sampai yang berat.
Kemampuan Visiospatial
Penderita diminta untuk menggambar (tanpa contoh) objek dengan 3 dimensi misalnya balok, rumah dan jam lengkap dengan jarum jam dan angka. Pemeriksaan dilanjutkan dengan meniru gambar gambar tertentu. Gangguan di bidang ini juga dapat dideteksi dengan menirukan posisi lengan pemeriksa yang diperagakan dengan melewati garis tengah tubuh (midline) pemeriksa.
Tatalaksana
-          Terapi farmakologi kognisi
-          Acethylcholinesterase inhibitors (AChEIs)
Donepezil
Rivastigmine
Galantamine
-          NMDA receptor blocker and glutaminergic modulator
Memantine
-          Terapi Farmakologi Perilaku
Depresi:
-          Gol. SSRI: Sertraline, Flouxetine
Delusi/halusinasi/agitasi
-          Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1x 0,5 mg – 2 mg /hari
Olanzapin 1x 5mg –10 mg/hari
Quetiapin tablet: 2x25mg-100mg
-          Terapi Non-farmakologi
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi
Reminiscence
Intervensi lingkungan
Menjaga keamanan dan keselamatan rumah
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy

No comments:

Post a Comment