1. Definisi
Ensefalopati
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh
yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis. Ensefalopati adalah
disfungsi kortikal umum yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub
akut (jam hingga beberapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat
kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan
tingkat aktifitas psikomotor (secara umum meingkat, akan tetapi dapat menurun).
Penggunaan istilah ensefalopati menggambarkan perubahan umum pada fungsi otak,
yang bermanifestasi pada gangguan atensi baik berupa agitasi hiperalert hingga
koma.
2.
Etiologi
Secara
klinis, diagnosis ensefalopati digunakan untuk menggambarkan disfungsi otak difuse
yang disebabkan oleh gangguan faktor sistemik, metabolik, atau toksik. Etiologi
ensefalopati pada anak meliputi penyebab infeksi, toksis (misalnya karbon
monoksida, obat, timah hitam), metabolik dan iskemik.
a.
Ensefalopati
akibat infeksi
Definisi.
-
Infeksi sistem saraf
pusat termasuk didalamnya meningitis, meningoensefalitis, ensefalitis, empiema
subdural atau epidural dan abses otak.
-
Ensefalitis dan
ensefalopati harus dapat dibedakan, dimana pada ensefalopati terjadi kerusakan
fungsi otak tanpa adanya proses inflamasi langsung di dalam parenkim otak.
-
Ensefalopati yang
disebabkan oleh infeksi sistemik adalah keadaan yang paling sulit dibedakan
dengan ensefalitis. Perbedaan yang dapat
diidentifikasi antara ensefalopati dan ensefalitis pada umumnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel1.
Perbedaan antara ensefalopati dan ensefalitis
|
Ensefalopati
|
Ensefalitis
|
Manifestasi klinis
|
|
|
Demam
|
Tidak umum
|
Umum
|
Nyeri kepala
|
Tidak umum
|
Umum
|
Depresi status mental
|
Deteriorasi
|
Mungkin fluktuasi
|
Tanda neurologis fokal
|
Tidak umum
|
Umum
|
Tipe kejang
|
Umum
|
Umum atau fokal
|
Temuan Laboratoris
|
|
|
Darah
|
Leukositosis
tidak umum
|
Leukositosis umum
|
LCS
|
Pleositosis
tidak umum
|
Pleositosis umum
|
EEG
|
Pembengkakan
umum
|
Pembengkakan umum dan
abnormalitas fokal
|
MRI
|
Terkadang normal
|
Abnormalitas fokal
|
|
|
|
Patogenesis
Patogenesis
ensefalopati sepsis masih belum jelas. Beberapa kemungkinan diajukan sebagai
penyebab adanya kerusakan otak selama sepsis berat yaitu efek endotoksin dan
mediator inflamasi, disfungsi sawar darah otak dan kerusakan cairan serebro
spinal, perubahan asam amino dan neurotransmiter, apoptosis, stres oksidatif
dan eksitotoksisitas, akan tetapi hipotesis yang paling dipercaya adalah
moltifaktorial.(13)
Gejala
Klinis
Ensefalopati
sepsis pada umumnya terjadi awal sepsis berat dan menyebabkan gagal multiorgan.
Keadaan klinis yang paling sering ditimbulkan adalah penurunan tingkat
kesadaran dari mulai penurunan kewaspadaan ringan hingga tak berespon dan koma.
Status konfusional fluktuatif, inatensi dan kebiasaan yang tidak sesuai juga
terkadang timbul pada pasien ensefalopati ringan. Pada kasus yang lebih berat
dapat menimbulkan delirium, agitasi dan deteriorasi kesadaran dan koma.
Diagnosis
-
EEG
merupakan merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang sensitif dan dapat
menunjukkan abnormalitas walaupun pemeriksaan neurologis normal.
-
CT Scan
kepala tidak ditemukan kelainan, akan tetapi dilakukan pemeriksaan untuk
menyingkirkan adanya kerusakan otak yang disebabkan oleh hipoksik/iskemik.
Penatalaksanaan.
-
Pengobatan
ensefalopati septik secara khusus masih belum ada, penanganannya dilakukan
dengan penanganan sepsis pada umumnya.
-
Dibutuhkan
terapi suportif seperti menjaga suhu lingkungan yang hangat, memberi pengobatan
simptomatik seperti muntah, anemia dan demam. Kemudian dilakukan pemberian
antibiotik untuk penanganan definitif selama kurang lebih 14 hari.
b.
Ensefalopati
akibat iskemik
Definisi
Ensefalopati
hipoksik iskemik merupakan penyebab cedera permanen yang penting pada sel
sistem saraf pusat yang mengakibatkan kematian neonatus atau nantinya, jejas
dapat bermanifestasi sebagai palsi serebral atau defisiensi mental
Etiologi.
Penyebab saat di dalam
kandungan terdiri dari
1) Oksigenasi
darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit
jantung sianosis, gagal pernapasan, atau keracunan karbon monoksida
2) Tekanan
darah ibu yang rendah akibat hipotensi yang dapat merupakan komplikasi anestesi
spinal atau akibat kompresi vena kaca dan aorta pada uterus gravid
3) Relaksasi
uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya tetani uterus
yang disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebihan
4) Pemisahan
plasenta premature
5) Sirkulasi
darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau pembentukan
simpul pada tali pusat
6) vasokonstriksi
pembuluh darah uterus oleh kokain
7) insufisiensi
plasenta karena berbagai sebab, termasuk toksemia dan pasca maturitas.
Hipoksia yang tejadi sesudah lahir,
dapat merupakan akibat dari :
1) Anemia
cukup berat, yang sampai menurunkan kandungan oksigen darah ke tingkat kritis,
akibat perdarahan berat atau penyakit hemolitik
2) Syok
cukup berat, yang sampai mengganggu pengangkutan oksigen ke sel sel vital,
akibat perdarahan adrenal, perdarahan intraventrikular, infeksi yang berlebihan
atau kehilangan darah yang masif.
3) Kurangnya
saturasi oksigen arteria disebabkan gagal terjadinya pernapasan yang adekuat
pada pasca lahir, akibat cacat, nekrosis atau jejas pada otak
4) Kegagalan
oksigenasi sejumlah darah yang adekuat akibat adanya bentuk penyakit jantung
kongenital sianosis atau defisiensi fungsi paru yang berat.
Gejala Klinis
Secara
khas, ensefalopati hipoksia iskemik pada neonatus memiliki karakteristik edema
serebral, nekrosis kortikal, dan keterlibatan ganglia basalis, sedangkan pada
neonatus preterm, memiliki karakteristik periventrikular leukomalasia. Kedua
lesi dapat menyebabkan atropi kortikal, retardasi mental dan kuadriplegi atau
diplegi
Tabel 4. Gejala klinis
ensefalopati hipoksik iskemik pada neonatus(20)
Tanda
|
Derajat 1
|
Derajat 2
|
Derajat 3
|
Tingkat
kesadaran
|
Hiperalert
|
Letargik
|
Stupor
|
Tonus
otot
|
Normal
|
Hipotonus
|
Flaksid
|
Refleks
tendon/ klonus
|
Hiperaktif
|
Hiperaktif
|
Tidak
ada
|
Reflek
moro
|
Kuat
|
Lemah
|
Tidak
ada
|
Pupil
|
Midriasis
|
Miosis
|
Anisokor,
reflek cahaya minimal
|
Kejang
|
Tidak
ada
|
Ada
|
Desereberasi
|
EEG
|
Normal
|
Perubahan
voltase rendah hingga aktifitas kejang
|
Banyak
supresi hingga isoelektrik
|
Durasi
|
<24jam
jika ada kemajuan lain mungkin tetap normal
|
24jam
-14 hari
|
Hari-minggu
|
Penatalaksanaan
Pencegahan dan pengobatan nantinya
diarahkan pada keadaan dasar yang menyebabkannya, kematian dan ketidakmampuan
kadang kadang dapat dicegah melalui pengobatan terhadap gejala yang timbul
dengan memberikan oksigen atau pernafasan buatan dan koreksi disfungsi
multiorgan terkait.
No comments:
Post a Comment