Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan
tubuh,
yang terdiri atas 2 lapisan :
yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm.
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut
hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.
Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung,
vulva, preputium, dan anus. Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi
daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.
Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi
lain; maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih
dilengkapi bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi :
glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak),
folikel rambut, dan kuku.
Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur –
alur halus yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.
Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata
karena adanya tonjolan – tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis.
Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat /corium
dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan
serabut jaringan pengikat di bawah kulit.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya
kulit tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah
satu bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal
sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata
– rata tebal kulit adalah 1-2 mm.
Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit
dibagi menjadi :
-Kulit Tebal
-Kulit Tipis
Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi
keseluruhan kulit tebal belum tentu lebih tebal dari kulit tipis.
KULIT TEBAL
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang
tidak memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol
dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya
tetapi kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga
terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan
ductus excretorius glandula sudorifera untuk menembus epidermis
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan
mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk sintesa melanin.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk sintesa melanin.
Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel
lain, yaitu sel Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum
germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.
Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium
dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir –
butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum
malpighi atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya
mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya
dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum
spinosum. Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan.
Sel yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya
mengandung butir – butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan
hematoxylin (butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen.
Adanya butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses
keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada
kuku.
Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah
disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum
granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum
granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah
gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin
yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang
terdiri atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami
kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada
stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang
membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat
pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut
– serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan
permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat
pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung
glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.
KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis
yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya
tergantung dari daerah di tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke
dalam dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal
sampai mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.
Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.
No comments:
Post a Comment