Wednesday, September 7, 2016

GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan.  Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi rasa terancam.
Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).
Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer,  sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia., khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbullebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan.

1. Agarofobia
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a)      gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. 
b)     anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan (setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c)      menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi “house bound”) 

2. Fobia Sosial
Pedoman Diagnostik
·      Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik  pasti:
a)      Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
b)     Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the family circle); dan
c)      Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
·      Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)

3. Fobia Khas (Terisolasi)
Pedoman Diagnostik                                                                   
·      Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik  pasti:
a)      Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif.
b)     Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situation)
c)      Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
·      Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan fobia sosial.

Sumber:
Maslim, R., 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDJG-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

No comments:

Post a Comment