Definisi
Ensefalopati
hipertensi adalah sindrom klinik akut reversibel yang dicetuskan oleh kenaikan tekanan darah secara
mendadak sehingga melampaui batas autoregulasi
otak. HE dapat terjadi pada normotensi
yang tekanan darahnya mendadak naik menjadi 160/100 mmHg. Sebaliknya mungkin
belum terjadi pada penderita hipertensi
kronik meskipun tekanan arteri
rata-rata mencapai 200 atau 225 mmHg 4.
Etiologi
Ensefalopati
hipertensi dapat merupakan
komplikasi dari berbagai penyakit antara lain penyakit ginjal kronis, stenosis arteri renalis, glomerulonefritis akut, toxemiaakut, pheokromositoma, sindrom
cushing, serta penggunaan obat seperti aminophyline,
phenylephrine. Ensefalopati
hipertensi lebih sering ditemukan pada orang dengan riwayat hipertensi
esensial lama 4,5.
Patofisiologi
Secara fisiologis peningkatan tekanan darah akan
mengaktivasi regulasi mikrosirkulasi
di otak (respon vasokontriksi
terhadap distensi dinding endotel).
Aliran darah otak tetap konstan selama perfusi aliran darah otak berkisar 60 –
120 mmHg. Ketika tekanan darah meningkat secara tiba-tiba, maka akan terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi dari arteriol
otak yang mengakibatkan kerusakan endotel,
ekstravasasi protein plasma, edema serebral. Jika peningkatan tekanan darah
terjadi secara persisten sampai ke hipertensi
maligna maka dapat menyebabkan nekrosis
fibrinoid pada arteriol dan
gangguan pada sirkulasi eritrosit
dalam pembuluh darah yang mengakibatkan deposit
fibrin dalam pembuluh darah (anemia
hemolitik mikroangiopati) 1.
Manifestasi klinis
Ensefalopati
hipertensi merupakan suatu
sindrom hipertensi berat yang
dikaitkan dengan ditemukannya nyeri kepala hebat, mual, muntah, gangguan
penglihatan, confusion, pingsan
sampai koma. Onset gejala biasanya berlangsung perlahan, dengan progresi
sekitar 24-48 jam. Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat berupa defisit neurologis fokal, tanda-tanda
lateralisasi yang bersifat reversibel
maupun irreversibel yang mengarah ke
perdarahan cerebri atau stroke. Microinfark dan peteki
pada salah satu bagian otak jarang dapat menyebabkan hemiparesis ringan, afasia
atau gangguan penglihatan. Manifestasi neurologis
berat muncul jika telah terjadi hipertensi
maligna atau tekanan diastolik >125mmHg
disertai perdarahan retina, eksudat, papiledema, gangguan pada jantung dan ginjal 7.
Penegakkan Diagnosis
-
Dalam
menegakkan diagnosis ensefalopati
hipertensi, maka pada pasien dengan peningkatan tekanan darah perlu
diidentifikasi jenis hipertensinya, apakah hipertensi
urgensi atau hipertensi emergensi.
Hal ini dapat dilakukan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui tanda dan gejala kerusakan target organ
terutama di otak seperti adanya nyeri kepala hebat, mual, muntah, penglihatan
kabur, penurunan kesadaran, kejang, riwayat hipertensi sebelumnya, penyakit
ginjal, penggunaan obat-obatan, dan sebagainya.
-
Selain
itu dapat dilakukan funduskopi untuk
melihat ada tidaknya perdarahan retina dan papil
edema sebagai tanda peningkatan tekanan intra
kranial. Penilaian kardiovaskular juga
perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular atau crackles
pada paru. Urinalisis dan
pemeriksaan darah untuk mengetahui kerusakan fungsi ginjal (peningkatan BUN dan kreatinin) 5.
-
Pemeriksaan
CT scan atau MRI kepala dapat menunjukkan adanya edema pada bagian otak dan ada
tidaknya perdarahan. Edema otak biasanya terdapat pada bagian posterior otak namun dapat juga pada
batang otak 7.
Terapi
-
Penurunan
tekanan darah arterial, sesuai dengan tingkatan tekanan darah pasien
terutama yang berhubungan dengan
kejadian neurologis, harus dilakukan
dengan monitoring secara tetap dan titrasi obat, tekanan darah arterial diukur dengan kateterisasi jika memungkinkan. Terapi
ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah arterial sebesar 25% selama 1-2 jam dan tekanan darah diastolic ke 100-110 mmHg. Jika dengan
penurunan tekanan darah arterial
memperburuk keadaan neurologis, maka
harus dipertimbangkan kembali rencana pengobatannya. Untuk obat anti hipertensi intravena yang bekerja cepat
hanya labetalol, sodium nitroprusside dan phenoldopam
(pada gagal ginjal) sudah terbukti efektif pada HE.
-
Labetalol
adalah suatu beta adrenergic blockers,
kelihatannya paling adekuat tidak menurunkan aliran darah otak dan bekerja
selama 5 menit untuk administrasi. Dosis inisial alah 20 mg dosis bolus,
kemudian 20-80 mg dosis intravena
setiap 10 menit sampai tekanan darah yang diinginkan atau total dosis sebesar
300 mg tercapai.
-
Sodium
nitroprusside, sebuah vasodilator,
memiliki onset yang cepat (hitungan detik) dan durasi yang singkat dalam
bekerja (1-2 menit). Bagaimanapun, ini dapat mempengaruhi suatu venodilatasi cerebral yang penting
dengan kemungkinan menghasilkan peningkatan aliran darah otak dan hipertensi intracranial. Suatu tindakan cytotoxic, dengan melepaskan radikal
bebas NO dan produk metaboliknya, sianida dapat menyebabkan kematian
mendadak, atau koma. Dosis inisial 0,3-0,5 mcg/kg/min IV, sesuaikan dengan
kecepatan tetesan infus sampai target efek yang diharapkan tercapi dengan dosis
rata-rata 1-6 mcg/kg/min.
-
Fenildopam
(Corlopam), sebuah short acting dopamine
agonis (DA1) pada level perifer,
dengan durasi pendek dalam bekerja. Ini meningkatkan aliran darah ginjal dan ekskresi sodium dan dapat digunakan pada
pasien dengan gejala gagal ginjal. Dosis inisial 0,003 mcg/kg/min IV secara
progresif ditingkatkan sampai maksimal 1,6 mcg/kg/min.
-
Nicardipine
dalam dosis bolus 5-15 mg/h IV dan
dosis maintenance 3-5 mg/h dapat juga
digunakan.
-
Nifedipine
sublingual, clonidine, diazoxide, atau hydralazine intravena tidak
direkomendasikan karena dapat mempengaruhi penurunan yang tidak terkontrol dari
tekanan darah arterial yang mengakibatkan iskemi
cerebral dan renal.
No comments:
Post a Comment