Sunday, October 2, 2016

SKIZOFRENIA

Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti “terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan menggangu kerja dan fungsi sosial (DSM-IV-TR, 2008)
Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan panca indera) (Arif, 2006).
Epidemiologi
Skizoffrenia cenderung menjadi penyakit menahun atau kronis maka angka insidensi penyakit ini dianggap lebih rendah dari angka frevalensi dan diperkirakan mendekati angka sepuluh ribu pertahun. Ditemukan juga bahwa life prevalensi skizofrenia diperkirakan 0,5%.(Hawari,2001)
Perbandingan antara jenis kelamin pria dan wanita prevalensinya sama akan tetapi menunjukkan perbedaan dalam onset skizofrenia dan perjalanan penyakit. Pria mempunyai onset skizofrenia lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk pria adalah 15-25 than, dan untuk wanita usia puncaknya adalah 25-35 tahun. (kaplon dan Sadock, 1997)
Patofisiologi
Secara terminologi, skizofrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia berarti kepribadian. Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi dan perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu, mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan, sosial, dan waktu senggang).
Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik. Skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizofrenia :
a)    Pada pasien skizofrenia terjadi hiperaktivitas sistem dopaminergik
b)   Hiperdopaminegia pada sistem meso limbikà berkaitan dengan gejala positif
c)    Hipodopaminergia pada sistem meso kortis dan nigrostriatalàbertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal.
Jalur dopaminergik saraf :
a)    Jalur nigrostriatal : dari substansia nigra ke basal gangliaà fungsi gerakan, EPS
b)   Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik à memori, sikap, kesadaran, proses stimulus.
c)    Jalur mesokortikal : dari tegmental area menuju ke frontal cortex àkognisi, fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress.
d)   Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitary àpelepasan prolaktin.
e)   Terdiri dari 3 fase :
·       Premorbid : semua fungsi masih normal
·         Prodomal : simptom psikotik mulai nyata (isolasi sosial, ansietas, gangguan tidur, curiga). Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi- fungsi mendasar ( pekerjaan dan rekreasi) dan muncul symptom nonspesifik seperti gangguan tidur, ansietas, konsentrasi berkurang, dan deficit perilaku. Simptom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah mendekati menjadi fase psikosis.
·         Psikosis :
Ø  Fase Akut : dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya waham, halusinasi, gangguan proses piker, pikiran kacau. Simptom negative menjadi lebih parah sampai tak bisa mengurus diri. Berlangsung 4 – 8 minggu
Ø  Stabilisasi : 6 – 18 bulan
Ø  Stabil : terlihat residual, berlangsung 2- 6 bulan
Gejala Klinis
gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategiri utama yaitu gejala positif dan gejala negatif, yakni :
·         Gejala positif atau gejala nyata:
ü  Halusinasi : persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi di dalam realitas.
ü  Waham : keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar di dalam realitas.
ü  Ekopraksia : peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati klien.
ü  Flight of ideas : aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu melompat dari satu topik ke topik laindengan cepat.
ü  Perseverasi : terus menerus membicarakan satu topik atau gagasan, pengulangan kalimat,kata atau frasa secara verbal dan menolak untuk mengubah topik tersebut.
ü  Asosiasi longgar : pikiran atau gagsan yang terpecah-pecah atau buruk.
ü  Gagasan rujukan : kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki makna yang khusus dalam individu.
ü  Ambivalensi : mempertahanan keyakinan dan perasaan yang tampak kontradiktif tentang individu,peristiwa atau situasi yang sama.
·         Gejala negatif atau gejala samar :
ü  Apati : perasaan tidak peduli terhaap individu, aktivitas atau peristiwa.
ü  Alogia : kecendrungan berbicara sangat sedikit atau menyampaikan sedikit subtansi makna (miskin isi).
ü  Afek datar : tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau mood.
ü  Anhedonia : merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup, aktifitas atau hubungan.
ü  Katattonia : imobilitas karna faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh periode agitasi gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam keadaan setengah sadar.

ü  Tidak memiliki kemauan : tidak adanya keinginan. Ambisi atau dorongan untuk bertindak atau melakukan tugas-tugas.

No comments:

Post a Comment